Dalam cerpen itu mengisahkan mengenai seorang
anak yang bingung mencari jati diri ayahnya yang selalu memberi warna dalam
hidupnya, karena ibinya tidak pernah memberi penjelasan yang masuk akal tentang
keberadaan ayahnya. dalam suasana dini hari ketika Nano akan pulang ke rumah
dalam keadaan setengah tak sadar karena ia mabuk. Ia berjalan menyusuri gang-gang dalam kampungnya
yang bernamakan gang dengan kata-kata yang jorok. Dalam perjalanan pulangnya
itu dibawah cahaya bulan mengubah
keadaan menjadi sangat mempesona. Dalm ketaksadaran itu Nano teringat akan
bapaknya dan ibunya. Dalam bak truk yang tiba-tiba berubah menjadi sebuah
panggung terbuka Nano meihat ibunya menari dengan celana pendek dan BH
berjurai-jurai dengan seekor ular. Ular itu menjilat-jilat pipi ibunya,
menciumi ibunya.
Ibu
Nano yang lekat dengan kehidupan malam, suatu ketika ia mengatakan pad Nano
bahwa ayahnya itu seorang bajingan. Kata-kata seperti itu sudah dikenalkan oleh ibunya waktu masih kecil. Isti
teman Nano pernah melihat ibu Nano menari tanpa pakaian, namun hanya ditutupi
oleh ular yang melilit tubuh ibunya.
Sesampai di depan rumah dalam sinar rembulan yang
samar-samar , ia melewati kamar ibunya karena korden kamar ibunya terbuka
terkena tiupan angin, di dalam kamar ia melihat ibunya berkeringat dan
baian-bagian tubnhnya terlihat Nano. Kemudian Nano menuju dapur, dilihatnya
sebuah pisau yang baru digunakan untuk memotong semangka.
Di
dalam kamar itu ibunya tidur dengan laki-laki, dan Nano selalu ingat perkataan
ibunya bahwa ayahnya goblok. Nano mengangkat pisau itu tinggi-tinggi, kemudian
listrik mati. Di meja rias ibunya terdapat seekor ular melingkar dengan
tengnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar