Suatu hari
hiduplah sebuah keluarga yang bertempat tinggal di Kota Malang, ya Bapak
Sungkono, ibu Tien dan kedua putranya yakni Galih (10 th) dan Rama (5 th). Pada
tahun 2003, Bpk Sungkono mendapat surat pindah tugas ke Bogor. Ibu Tien beserta
anaknya mau tidak mau juga harus mengikuti jejak ayahnya.
Bapak Sungkono : “Ibu, Bapak ini dapat tugas dari
pemda untuk pindah tugas di kota Bogor”.
Ibu Tien :”Kita harus pindah
lagi Pak? Gimana dengan anak-anak yang masih kecil ini?”
Bapak Sungkono :”Ya
gimana lagi, anak-anak juga harus ikut kita, bapak heran Bu. Baru kerja sebentar saja sudah dimutasi lagi”.
Ibu Tien :”Bagaimanapun,
dan apapun yang terjadi kita harus menerima dengan ikhlas Pak. Karena ini juga
merupakan tugas Negara”.
Galih dan Rama :
Papa… mama…. Sedang bahas apa Pa? Ma?
Bapak Sungkono :”Kita
pindah ke Bogor nak, karena Bapak pindah kerja. Besok kita berkemas-kemas pergi
ke Bogor”.
Galih dan Rama :”iya
Pa, Ma… (sambil berlarian menuju kamar)
Pada malam itu
keluarga Bapak Sungkono berkemas-kemas menyiapkan segala sesuatunya untuk
pindahan ke Kota Bogor. Bapak Sungkono menyuruh pembantu untuk membersihkan
rumahnya setiap pagi dan sore hari selepas ditinggal pergi ke kota Bogor.
Bapak Sungkono : “Bibi, nanti tiap pagi dan sore
hari rumah ini harus dibersihkan ya”?
Bibi :”Ya pak, seluruh ruangan
nanti akan saya bersihkan”.
Bapak Sungkono :
“Baik, nanti untuk gajimu akan saya transfer melalui rekening bank saja. Kalau
Bibi takut sendirian boleh ngajak orang untuk menemani. Bahkan kalau tidak
berani tidur di rumah, Bibi boleh pulang ke rumah Bibi sendiri”.
Bibi :”Ya
pak, mungkin saya tidur di rumah saya sendiri karena rumah ini terlalu besar”.
10 tahun
kemudian, Galih dan Rama Sudah besar. Galih berusia 20 th dan Rama berusia 15
th. Galih akhirnya melanjutkan kuliah di Universitas Malang. Daripada ngekos
sendiri, Galih berinisiatif untuk menempati rumahnya yang cukup besar. Mungkin
dia merasa sudah lama tidak menempati rumah tersebut.
Galih :”Bapak, saya izin untuk menempati
rumah yang ada di Malang ya?’
Bapak Sungkono :”Iya, tidak apa-apa, malah lebih
bagus karena sudah lama tidak ditempati, nanti kamu minta tolong bibi untuk
menyiapkan tempat tidur kamu”.
Galih :”Iya Pak, Galih minta doanya
supaya bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu”.
Bapak Sungkono :”Tentu, doa bapak ibu selalu ada
dalam diri kamu nak”.
Esok
hari, Galih berangkat menuju ke Malang, iya kota apel julukannya. Di sana Galih
memperoleh suasana baru, teman baru, lingkungan baru, bahkan menempati rumah
yang sudah lama tidak ditempatinya. Usai sampai di Malang, tepatnya di rumah.
Memori Galih teringat betul ketika masih jadi anak kecil. Bersama Rama, Galih
menghabiskan waktunya bermain sepakbola di taman.
Galih :”Aduh
asyiknya bisa tidur di rumah sendirian. Oh iya sekarang aku hanya ditemani
sama bibi. Enak kayaknya nie…. Hem minum dulu ah… “
Bibi :”Mas
Galih ini tempat tidurnya, kalau bibi tidur di sebelah sini. Nanti kalau ada
apa-apa bisa panggil bibi”.
Galih :”Iya
bi, terima kasih banyak”.
Selang tiga
hari Galih belum merasakan kejanggalan, rumah yang cukup besar berlantai 2 itu
sudah 10 tahun tidak ditempati. Rumah itu dulunya terasa sepi dan senyap.
Bahkan bibi tidak berani sendirian membersihkannya, karena suatu hari bibi
mendengar suara perempuan menangis di sebuah kamar. Tepat tiga hari Galih telah
menempati rumah t ersebut, suatu ketika Galih selesai mengerjakan tugas
kuliahnya sekitar pukul 00.00 WIB.
Galih :”Alhamdulilah
tugas akhirnya selesai juga, jam berapa ya sekarang? Lho ternyata sudah tengah
malam. Mungkin bibi sudah tidur”. (Sambil membereskan buku-bukunya, Galih
berniat mengambil minum)
Namun ketika
baru mengambil gelas, Galih mendengar suara perempuan menyanyi lagu Jawa di
kamar kosong. Hem… hem… nanana….. ihi.. ihi.. ihi..
Galih :”Suara siapa ya itu?” (sambil
mencoba mendekat ke arah suara)
“Apa
bibi ya? Masak jam segini bibi belum tidur sih?” (Tangan galih menggaruk-garuk
punggungnya dengan rasa penasaran. Langkah demi langkah Galih terus mendekat,
Galih melihat sosok tubuhnya dari belakang yang memakai gaun berwarna putih,
rambutnya hitam pekat. Sambil menyisir rambut orang itu masih mendedangkan lagu
Jawa. ketika tahu ada orang mendekat, sosok perempuan berambut pekat itu
menoleh ke Galih).
Galih :”Aghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh,
ha ha ha ha ha hantu……………………………………………….. (Galih berlari tunggang langgang
berusaha menuju kamarnya, sekujur badannya terasa dingin, bulu kuduknya
berdiri, badannya gemetar tidak karuan. Galih menutup kamarnya dengan kencang,
dia pun melihat jam dinding masih menunjukkan jam 02.00 WIB. Namun hantu
tersebut ternyata berada tepat di belakang Galih).
“Aghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
(tubuhnya tak sadarkan diri)
Matahari sudah
tersenyum, kokok ayam bersahutan dari berbagai arah. Bibi pun beranjak dari
tempat tidurnya dan bergegas untuk beraktifitas. Jam dinding sudah menunjukkan
pukul 08.00 WIB. Bibi curiga sudah jam segini Galih belum juga keluar dari
kamarnya. Bibi pun ingin membangunkan Galih.
Bibi :
(terkejut, melihat Galih tergeletak di lantai). “Ya Allah mengapa kamu tidur di
lantai?” (sambil membangunkan Galih)
Galih :”Aghhhhhhhhhhhhhh
hantu……………” (sambil berlarian menuju ke luar)
Bibi :”Galih,
ini saya bibi. Bukan hantu” (berlari kecil mengejar Galih)
Galih :
(sadar bahwa itu bibi, Galih langsung berhenti larinya). “Bibi tadi malam ada
hantu, tak kira itu bibi namun ketika menoleh wajahnya hancur separo, matanya
pun merah. Aku pun lari menuju kamar Bi”.
Bibi :
“Oh gitu, iya Lih. Saya juga merasakan hal yang sama. Terus terang saya juga
ndak berani kalau membersihkan rumah sendirian. Makanya saya ngajak anak saya”.
Galih :”Emang
sebenarnya ada apa ya Bi?”
Bibi :”Begini,
dulu ketika kamu tinggal di Bogor. Ada perempuan yang ngekos sendirian di rumah
ini. Karena ada suatu masalah, tiba-tiba selang 7 hari perempuan itu gantung
diri di kamar tersebut. Sampai sekarang bibi juga belum tahu permasalahannya
kok bisa gantung diri. Papamu tidak cerita karena kamu masih kecil Galih”.
Galih :”Oh
gitu ya Bi, kita harus ngundang Ustad yang ada di daerah ini sekalian warga
sekitar untuk mendoakan arwah perempuan itu supaya di terima di sisi Allah
SWT”.
Bibi :”Iya
Papa dan Mama Galih harus diberi tahu dulu ya”.
Galih :”Ok.. besok rumah ini harus ada
selamatan ya Bi”. (sambil menelepon Papa dan Mamanya memberi kabar tentang
peristiwa ini)
Esok hari
ustadz dan warga sekitar menghadiri acara selamatan bersama di rumah tersebut.
Dan akhirnya rumah yang ditempati Galih tidak ada hantu perempuan yang
menampakkan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar