Kamis, 28 Februari 2013

HANTU RUMAH KOSONG



Suatu hari hiduplah sebuah keluarga yang bertempat tinggal di Kota Malang, ya Bapak Sungkono, ibu Tien dan kedua putranya yakni Galih (10 th) dan Rama (5 th). Pada tahun 2003, Bpk Sungkono mendapat surat pindah tugas ke Bogor. Ibu Tien beserta anaknya mau tidak mau juga harus mengikuti jejak ayahnya.
Bapak Sungkono              : “Ibu, Bapak ini dapat tugas dari pemda untuk pindah tugas di kota Bogor”.
Ibu Tien                                                :”Kita harus pindah lagi Pak? Gimana dengan anak-anak yang masih kecil ini?”
Bapak Sungkono              :”Ya gimana lagi, anak-anak juga harus ikut kita, bapak heran Bu. Baru kerja        sebentar saja sudah dimutasi lagi”.
Ibu Tien                                :”Bagaimanapun, dan apapun yang terjadi kita harus menerima dengan ikhlas Pak. Karena ini juga merupakan tugas Negara”.
Galih dan Rama                 : Papa… mama…. Sedang bahas apa Pa? Ma?
Bapak Sungkono              :”Kita pindah ke Bogor nak, karena Bapak pindah kerja. Besok kita berkemas-kemas pergi ke Bogor”.
Galih dan Rama                 :”iya Pa, Ma… (sambil berlarian menuju kamar)


Pada malam itu keluarga Bapak Sungkono berkemas-kemas menyiapkan segala sesuatunya untuk pindahan ke Kota Bogor. Bapak Sungkono menyuruh pembantu untuk membersihkan rumahnya setiap pagi dan sore hari selepas ditinggal pergi ke kota Bogor.
Bapak Sungkono              : “Bibi, nanti tiap pagi dan sore hari rumah ini harus dibersihkan ya”?
Bibi                                         :”Ya pak, seluruh ruangan nanti akan saya bersihkan”.
Bapak Sungkono              : “Baik, nanti untuk gajimu akan saya transfer melalui rekening bank saja. Kalau Bibi takut sendirian boleh ngajak orang untuk menemani. Bahkan kalau tidak berani tidur di rumah, Bibi boleh pulang ke rumah Bibi sendiri”.
Bibi                                         :”Ya pak, mungkin saya tidur di rumah saya sendiri karena rumah ini terlalu besar”.

10 tahun kemudian, Galih dan Rama Sudah besar. Galih berusia 20 th dan Rama berusia 15 th. Galih akhirnya melanjutkan kuliah di Universitas Malang. Daripada ngekos sendiri, Galih berinisiatif untuk menempati rumahnya yang cukup besar. Mungkin dia merasa sudah lama tidak menempati rumah tersebut.
Galih                                      :”Bapak, saya izin untuk menempati rumah yang ada di Malang ya?’
Bapak Sungkono              :”Iya, tidak apa-apa, malah lebih bagus karena sudah lama tidak ditempati, nanti                                               kamu minta tolong bibi untuk menyiapkan tempat tidur kamu”.
Galih                                      :”Iya Pak, Galih minta doanya supaya bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu”.
Bapak Sungkono              :”Tentu, doa bapak ibu selalu ada dalam diri kamu nak”.

                Esok hari, Galih berangkat menuju ke Malang, iya kota apel julukannya. Di sana Galih memperoleh suasana baru, teman baru, lingkungan baru, bahkan menempati rumah yang sudah lama tidak ditempatinya. Usai sampai di Malang, tepatnya di rumah. Memori Galih teringat betul ketika masih jadi anak kecil. Bersama Rama, Galih menghabiskan waktunya bermain sepakbola di taman.
Galih                                        :”Aduh asyiknya bisa tidur di rumah sendirian. Oh iya sekarang aku hanya  ditemani  sama bibi. Enak kayaknya nie…. Hem minum dulu ah… “
Bibi                                           :”Mas Galih ini tempat tidurnya, kalau bibi tidur di sebelah sini. Nanti kalau ada apa-apa bisa panggil bibi”.
Galih                                        :”Iya bi, terima kasih banyak”.

Selang tiga hari Galih belum merasakan kejanggalan, rumah yang cukup besar berlantai 2 itu sudah 10 tahun tidak ditempati. Rumah itu dulunya terasa sepi dan senyap. Bahkan bibi tidak berani sendirian membersihkannya, karena suatu hari bibi mendengar suara perempuan menangis di sebuah kamar. Tepat tiga hari Galih telah menempati rumah t ersebut, suatu ketika Galih selesai mengerjakan tugas kuliahnya sekitar pukul 00.00 WIB.
Galih                                        :”Alhamdulilah tugas akhirnya selesai juga, jam berapa ya sekarang? Lho ternyata sudah tengah malam. Mungkin bibi sudah tidur”. (Sambil membereskan buku-bukunya, Galih berniat mengambil minum)

Namun ketika baru mengambil gelas, Galih mendengar suara perempuan menyanyi lagu Jawa di kamar kosong. Hem… hem… nanana….. ihi.. ihi.. ihi..
Galih                                      :”Suara siapa ya itu?” (sambil mencoba mendekat ke arah suara)
                                                  “Apa bibi ya? Masak jam segini bibi belum tidur sih?” (Tangan galih menggaruk-garuk punggungnya dengan rasa penasaran. Langkah demi langkah Galih terus mendekat, Galih melihat sosok tubuhnya dari belakang yang memakai gaun berwarna putih, rambutnya hitam pekat. Sambil menyisir rambut orang itu masih mendedangkan lagu Jawa. ketika tahu ada orang mendekat, sosok perempuan berambut pekat itu menoleh ke Galih).

Galih                                        :”Aghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh, ha ha ha ha ha hantu……………………………………………….. (Galih berlari tunggang langgang berusaha menuju kamarnya, sekujur badannya terasa dingin, bulu kuduknya berdiri, badannya gemetar tidak karuan. Galih menutup kamarnya dengan kencang, dia pun melihat jam dinding masih menunjukkan jam 02.00 WIB. Namun hantu tersebut ternyata berada tepat di belakang Galih).
                                                  “Aghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh (tubuhnya tak sadarkan diri)

Matahari sudah tersenyum, kokok ayam bersahutan dari berbagai arah. Bibi pun beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas untuk beraktifitas. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Bibi curiga sudah jam segini Galih belum juga keluar dari kamarnya. Bibi pun ingin membangunkan Galih.

Bibi                                           : (terkejut, melihat Galih tergeletak di lantai). “Ya Allah mengapa kamu tidur di lantai?” (sambil membangunkan Galih)
Galih                                        :”Aghhhhhhhhhhhhhh hantu……………” (sambil berlarian menuju ke luar)
Bibi                                           :”Galih, ini saya bibi. Bukan hantu” (berlari kecil mengejar Galih)
Galih                                        : (sadar bahwa itu bibi, Galih langsung berhenti larinya). “Bibi tadi malam ada hantu, tak kira itu bibi namun ketika menoleh wajahnya hancur separo, matanya pun merah. Aku pun lari menuju kamar Bi”.
Bibi                                           : “Oh gitu, iya Lih. Saya juga merasakan hal yang sama. Terus terang saya juga ndak berani kalau membersihkan rumah sendirian. Makanya saya ngajak anak saya”.
Galih                                        :”Emang sebenarnya ada apa ya Bi?”
Bibi                                           :”Begini, dulu ketika kamu tinggal di Bogor. Ada perempuan yang ngekos sendirian di rumah ini. Karena ada suatu masalah, tiba-tiba selang 7 hari perempuan itu gantung diri di kamar tersebut. Sampai sekarang bibi juga belum tahu permasalahannya kok bisa gantung diri. Papamu tidak cerita karena kamu masih kecil Galih”.
Galih                                        :”Oh gitu ya Bi, kita harus ngundang Ustad yang ada di daerah ini sekalian warga sekitar untuk mendoakan arwah perempuan itu supaya di terima di sisi Allah SWT”.
Bibi                                           :”Iya Papa dan Mama Galih harus diberi tahu dulu ya”.
Galih                                        :”Ok.. besok rumah ini harus ada selamatan ya Bi”. (sambil menelepon Papa dan Mamanya memberi kabar tentang peristiwa ini)
                                                 
Esok hari ustadz dan warga sekitar menghadiri acara selamatan bersama di rumah tersebut. Dan akhirnya rumah yang ditempati Galih tidak ada hantu perempuan yang menampakkan lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar